Building A Better Stigma and Igniting the Passion with Mbak Dini: Researcher Can Be Fun!

Hello Yellow Fellow! 

Kalian pernah enggak sih penasaran dengan asal-usul produk yang tersebar di sekitar kalian sekarang? Bagaimana sih proses yang dilewati produk tersebut hingga sampai ke tangan konsumen? dan apa saja pertimbangan perusahaan untuk mengeluarkan suatu produk? Ternyata jawabannya enggak jauh dari research, lho!

Kali ini, Tim I-Path mengundang Siti Noviandini atau akrab disapa Mbak Dini selaku Consumer Research Specialist dari OLX. Ia akan bercerita pengalaman dan sudut pandang segarnya tentang salah satu profil lulusan Ilkom, yaitu scientific communication professional! Yuk, langsung simak hasil perbincangan Tim I-Path dengan Mbak Dini!

Nadiem Makarim: Researcher, Profesi Hype 2021!!

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Makarim, pernah membeberkan lima profesi yang akan hype di tahun 2021. Beberapa profesi tersebut merupakan profesi baru yang tidak pernah terbayangkan lima sampai sepuluh tahun yang lalu. Satu diantaranya adalah Researcher.

Consumer Research juga termasuk dalam profesi tersebut, lho. Menurut Mbak Dini, satu kata tentang Consumer Research yaitu “Seru!!”. Pada kesempatan ini, Mbak Dini menjelaskan banyak hal menarik terkait pengalamannya menjadi Consumer Researcher. Ia berkata bahwa dengan menjadi Consumer Researcher, ia jadi tahu lebih dulu tentang produk apa yang akan di-launching dan tahu proses dibalik layar dari sebuah produk. Dari penjelasan tersebut, tentunya Yellow Fellow dapat terbuka nih pikirannya bahwa riset itu tidak seribet stigma yang tersebar, lho!

Consumer Research Specialist

Seorang Consumer Research Specialist berperan dalam mengetahui kondisi pasar melalui wawancara dengan user (pengguna). Peran ini sangat vital terutama bagi perusahaan berbasis kebutuhan konsumen. Hal tersebut dikarenakan insight dari hasil wawancara dapat menjadi pertimbangan pembuatan produk. Mbak Dini mencontohkan perusahaan Gojek dan Tokopedia. Kedua perusahaan itu memusatkan nilai produk mereka pada konsumen sehingga dapat mendulang kesuksesan.

Take a Closer Look at Consumer Research Specialists!

Selama bekerja di OLX, Mbak Dini berhubungan langsung dengan stakeholder, orang-orang yang memiliki kepentingan di sebuah perusahaan. Orang-orang ini berisi tim produksi yang berniat untuk meluncurkan produk. Tugas Mbak Dini adalah melakukan studi penelitian untuk mengetahui produk bekerja atau tidak. Nah, studi yang dilakukan bergantung pada jadwal dan kebutuhan tim produksi. Studi yang dilakukan umumnya ada dua, kuantitatif dan kualitatif. Sebelum dimulai, Mbak Dini memetakan rencana penelitian. Studi kuantitatif akan digunakan apabila hasil yang dibutuhkan berupa indikasi. Sedangkan, studi kualitatif digunakan apabila tim produksi lebih memprioritaskan kedalaman data.

Perekrutan narasumber juga disesuaikan dengan kebutuhan. Misalkan ia ingin riset tentang kompetitor maka diperlukan kerja sama dengan third party supaya narasumber yang direkrut sesuai dengan yang kita inginkan. 

Apakah lokasi itu penting? Tentunya! Mbak Dini berpendapat bahwa lokasi responden termasuk dalam rencana penelitian dan penelitian itu harus tetap mengikuti kaidah-kaidahnya. Penelitian itu akan merefleksikan kebutuhan konsumen, seperti  motivasinya, aspirasinya, dan hubungan keduanya terhadap produk. Supaya data penelitian memiliki alur yang menarik, Mbak Dini menyajikannya dalam bentuk storyline. Penyajian tersebut dilakukan pada kedua jenis studi yaitu kuantitatif dan kualitatif karena keduanya harus bisa membangun cerita tentang konsumen.

Teori komunikasi? Literature Review? Reliabilitas? Jurnal?

Ketika mendengar kata penelitian, pasti benak Yellow Fellow mengarah pada format penelitian pada umumnya. Eits tenang, kalian bisa simpan kekhawatiran kalian. Consumer Research Specialist tidak serumit itu! Hal-hal tersebut hanya dibutuhkan ketika penelitian mengalami kebuntuan atau mencari kedalaman data. Dalam membuat laporan berisi insight konsumen, hal yang lebih dikedepankan adalah observasi dibandingkan dengan keterkaitan dengan teori komunikasi. Keempat hal tersebut akan lebih ditekankan pada penelitian akademik, tambah Mbak Dini.

Kendala dan Tantangan Proses Penelitian

Mbak Dini bercerita bahwa mendapatkan responden yang tidak fresh itu tidak menyenangkan. Maksud fresh disini adalah ketika calon responden tidak mengetahui jika ia akan mendapatkan insentif. Biasanya, ketika Yellow Fellow melakukan riset di kuliah, responden risetnya tidak dibayar atau bersifat sukarela, kan? Nah, berbeda dengan agensi research, sudah menjadi suatu hal yang umum ketika mereka memberi insentif dalam bentuk voucher atau uang untuk para responden. Menariknya, ternyata ada saja yang memanfaatkan hal tersebut menjadi sebuah profesi yaitu profesional responden. Namun, hal tersebut menyebabkan motif responden menjadi tidak sesuai sehingga respon yang diberikan juga tidak sesuai.

Contohnya, ketika Mbak Dini bekerja di sebuah agensi, ia mendapatkan studi tentang suatu brand, katakanlah brand A. Mereka ingin mengundang pengguna dari salah satu produk brand A. Ketika kegiatan riset dilakukan, terlihat bahwa para responden sepertinya bukan pengguna produk tersebut. Dalam interview atau focus group discussion, mereka terlihat tidak mengetahui kelemahan dan kekurangan produk tersebut serta kurang aktif sehingga respon yang diberikan tidak sesuai harapan.

Selain mendapatkan responden yang tidak sesuai harapan, tantangan lainnya ketika menjadi Consumer Research Specialist adalah tuntutan untuk teliti. Dalam menyiapkan perencanaan riset, dibutuhkan proses yang panjang dan teliti. Kekeliruan tidak disengaja dapat berpengaruh dalam proses pengerjaan dan hasil riset.

Consumer Research Specialist dari sudut pandang Mbak Dini, Ekspektasi dan Realita

Pasti beberapa dari Yellow Fellow membayangkan proses research dalam dunia kerja tidak akan jauh berbeda seperti yang dijalani ketika kuliah, kan? Begitu pula dengan Mbak Dini, awalnya ia mengira bahwa pekerjaannya sebagai Costumer Researcher akan berkutat dengan responden yang merupakan kaum marjinal atau masyarakat yang tertindas dari sisi sosiologi.  

Namun, setelah menjalani pekerjaannya, ia memahami betapa powerfull-nya masyarakat sebagai responden. Hal itu diperkuat dengan fakta bahwa produk selalu dibuat dengan mengikuti kebutuhan konsumen. Selain itu, tidak semua prosesnya sama seperti yang diajarkan semasa kuliah. Dalam perekrutan responden misalnya, Consumer Researcher akan bekerja sama dengan pihak ketiga untuk mencari responden yang sesuai dengan rencana riset. Dalam proses pengerjaannya pun ternyata tidak dilakukan sendiri melainkan dilakukan dalam tim. Hal ini mengharuskan Consumer Researcher untuk memiliki teamwork skill yang baik sehingga mampu bekerja sama dengan siapapun.

Consumer Research Specialist, Titik Terang dari Stigma Negatif Researcher

Terlepas dari duka, pasti ada sukanya, dong! Salah satu hal yang menarik dari seorang Consumer Researcher adalah mereka dapat mengetahui lebih dulu tentang suatu produk yang akan di-launching. Selain itu, ada kebanggaan tersendiri ketika insight yang mereka build dimanfaatkan oleh klien untuk merencanakan marketing, komunikasi, ataupun iklan. Apalagi ketika produk tersebut menjadi hype dan iklannya menjadi bahan omongan banyak orang, itu juga menjadi suatu hal yang membanggakan karena ada andil mereka dalam proses research.

Perbedaan CRS dan UX Researcher

Perbedaan yang ketara antara Consumer Research Specialist dan UX Research adalah cakupan dan ragam Consumer Research Specialist yang lebih luas. UX Research berfokus pada motivasi atau perilaku seseorang yang output-nya dapat menjawab pertanyaan “Apakah suatu produk lebih bekerja atau tidak?”. Menurut Mbak Dini, Consumer Research Specialist harus bisa mencakup UX dan market research.

Membangun Karier Menjadi Consumer Research Specialist

Dari pengalaman panjangnya berkarir, Mbak Dini menekankan bahwa kemampuan ini sangat dibutuhkan oleh seorang Consumer Research Specialist. Pertama adalah empati, kemampuan menempatkan diri dalam posisi konsumen. Mengapa? Supaya hasil penelitian tidak bias dan dapat menggali sudut pandang yang lebih dalam. Kedua, seorang Consumer Research Specialist harus detail-oriented karena dalam menyusun laporan dan mengolah data dibutuhkan ketekunan agar hasilnya maksimal.

Kemampuan juga dapat diarahkan berdasarkan jenis penelitian. Misalnya kualitatif membutuhkan kemampuan komunikasi yang baik karena berhubungan langsung dengan konsumen., lalu kuantitatif memerlukan keahlian di pengolahan data menggunakan software olah data. Selain kemampuan di atas, Consumer Research Specialist harus memiliki dasar pengetahuan tentang Ms Excel.

Lalu, apakah lulusan Ilmu Komunikasi bisa menjadi Consumer Research Specialist? Jawaban yang diberikan Mbak Dini adalah sangat bisa! Lulusan Ilmu Komunikasi dapat memberi insight yang lebih dalam dengan mengaplikasikan teori-teori komunikasi dan itu sangat menguntungkan. Jadi, untuk Yellow Fellow yang berminat, boleh langsung memasukan alur karier ini ke dalam rencana setelah lulus kalian ya!

Wasiat dan Motivasi dari Mbak Dini untuk Yellow Fellow

Mbak Dini berpesan kepada Yellow Fellow untuk selalu berpikir positif terhadap proses pembelajaran di kuliah, karena itu merupakan bekal utama dalam menjelajahi dunia pekerjaan yang unexpected dan dinamis, bukan justru menumbuhkan stigma yang sinis. Selalu ingatkan pada diri sendiri bahwa apa yang dipelajari sekarang pasti bermanfaat dan memiliki andil di masa depan. “Ad meliora” yang berarti menuju hal yang lebih baik. Peribahasa latin itu selaras dengan saran yang diberikan Mbak Dini, apa pun mata kuliahnya pasti akan bermanfaat. Ia juga berkata bahwa kita harus memiliki keinginan untuk belajar research methodology karena menjadi orang yang data driven itu akan terpakai di bidang manapun.


Mbak Dini sangat paham keluh kesah dan manis pahit dari masa kuliah yang sedang dirasakan mahasiswa. Namun, tugas dan pengalaman kuliah itu lah yang melatih mental kita. Jadi, pastikan Yellow Fellow dapat menikmati masa kuliah, ya! Perbanyak pengalaman dengan trial and error karena waktu di dunia kerja tidak akan selenggang waktu di kuliah.

Nikmati kuliah. Perbanyak trial and error, dan internship. Selalu ambil sudut pandang positif terhadap proses pembelajaran, karena akan berguna.

Siti Noviandini

Consumer Research Specialist at OLX

Divisi Akademik dan Profesi Kabinet Nirgahana Hima Ilkom