Take a Closer Look at Scientific Communication Professional

Hi, Yellow Fellow!

Mungkin beberapa dari kalian ada yang belum paham banget kira-kira apa sih Scientific Communication Professional itu? Kenapa, ya, ranah ini termasuk ke dalam salah satu dari tiga profil lulusan Ilmu Komunikasi? Secara umum, Scientific Communication Professional merupakan peneliti pemula, fasilitator, dan pemerhati di berbagai bidang komunikasi. Lalu, apa saja, ya, tugas dari Scientific Communication Professional serta lingkungannya?

Nah pada kesempatan kali ini, I-Path Vol.2 mengajak Kak Gita Sukma Kristina atau biasa disapa Kak Gita yang merupakan seorang mahasiswi Fakultas Ilmu Komunikasi, Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran angkatan 2019 untuk sharing bersama Yellow Fellow terkait pengalaman magangnya sebagai UX Researcher di Telkom DDB pada awal tahun 2022. Tidak hanya itu, Kak Gita juga berbagi sudut pandangnya mengenai profil lulusan Ilmu Komunikasi, yaitu Scientific Communication Professional! Yuk Yellow Fellow, kita langsung saja simak hasil sharing bersama Kak Gita!

UX Researcher? Kok bisa?

UX Researcher sendiri merupakan pekerjaan yang berfokus dalam meriset experience atau pengalaman user dalam menggunakan suatu produk. Pada awalnya, Kak Gita berniat mengikuti program Kampus Merdeka Batch 1 disebabkan oleh keinginannya untuk mencari distraksi di tengah kegiatannya selama menjadi mahasiswi. Setelah melihat berbagai pilihan perusahaan, Kak Gita merasa bahwa Telkom merupakan perusahaan yang terlihat menjanjikan dan akhirnya memilih untuk magang menjadi UX Researcher dengan harapan ingin lulus cepat selama tiga setengah tahun. Di tengah kesibukan Kak Gita memulai perjalanan magangnya menjadi seorang UX Researcher, Kak Gita juga sudah memikirkan matang-matang terkait tanggung jawab apa saja yang Ia harus naungi serta seberapa cukup waktu yang ia jalani. Balik lagi, menurut Kak Gita, kuliah tetaplah prioritas utama.

Starter Kit seorang UX Researcher!

Dari semua aspek, menurut Kak Gita, jika Yellow Fellow ingin terjun ke dalam dunia Researcher, hal pertama yang bisa dilakukan dari sekarang ialah memiliki rasa penasaran atau curiosity, kenapa? Curiosity merupakan sifat fundamental yang harus dimiliki oleh seorang Researcher! Riset dapat membiasakan seseorang untuk mencoba menemukan sesuatu yang baru dan mendapatkan jawabannya. Sebagai seorang mahasiswa, Yellow Fellow perlahan harus mengenali karakter diri sendiri, tentunya dengan diiringi sifat komunikatif, empathy, teamwork, dan kolaboratif, ya! Ternyata, riset tidak hanya mengandalkan diskusi antarpribadi saja, tetapi bisa juga berbentuk forum group discussion.

Percuma punya curiosity tapi jarang bergaul? Nah, Yellow Fellow, walaupun hal ini balik lagi ke sifat masing-masing diri kalian, tetapi perlu diingat bahwa memperbanyak relasi serta teman itu tidak kalah penting! Dalam proses mengembangkan relasi secara perlahan, Yellow Fellow tentu perlu kenali apa saja hal yang bisa dikerjakan selama kuliah dan akan berguna saat kerja nantinya. Hal tersebut dapat mempermudah kalian selama magang hingga seterusnya, lho!

Mata Kuliah apa yang Membantu dalam Riset?

Bagi Yellow Fellow yang sudah memasuki semester 3–4, tentunya teman-teman akan dihadapkan dengan mata kuliah seperti Metode Survei, Statistika Sosial, dan lainnya yang bisa menjadi jembatan awal untuk teman-teman belajar lebih jauh terkait UX Researcher, tetapi mata kuliah lainnya yang telah ataupun yang akan diajarkan bisa tetap berkesinambungan dengan profesi ini dong pastinya!

Now, What About the Hard Skill?

Yellow Fellow bisa mulai cari tahu terkait jenis-jenis hingga tools yang sering dipakai dalam research dalam keseharian bekerja. Hal ini tentunya dapat mempermudah pekerjaan atau tugas yang sedang diberikan. Kita ambil contoh jenis-jenis research, ada kuantitatif serta kualitatif.

Penelitian kuantitatif berfokus pada angka serta statistik, ini merupakan metode riset yang terstruktur dan menghasilkan data yang dapat diukur. Angka-angka tersebut cenderung berguna saat kalian memiliki suatu perbandingan.

Penelitian kualitatif berfokus dalam wawasan yang lebih luas, cara yang biasanya digunakan ialah seperti wawancara dengan penyajian pertanyaan yang bersifat open-ended, alasannya agar kita dapat mendapatkan data yang lebih dalam terkait lawan bicara kita atau pengguna. Akan tetapi, perlu diwaspadai bahwa jenis metode ini bisa saja memasukkan opini pribadi lawan bicara atau pengguna yang nantinya dapat memengaruhi keseluruhan hasil riset.

Biasanya, dalam penelitian kuantitatif, kita sering memakai kata “apa” sebagai awal rasa penasaran dalam melakukan penelitian, sedangkan penelitian kualitatif memakai kata “mengapa”.

Selain itu, ada juga beberapa tools yang bisa menunjang kerja Yellow Fellow jika ingin menjadi seorang UX Researcher. Salah satunya SmartLook, kegunaannya ialah untuk merekam apa saja yang target pengguna biasa lakukan saat membuka suatu situs. Selain itu, ada juga Lookback.io, yaitu tools yang memungkinkan kita untuk melakukan user research dari jarak jauh dan dapat berkomunikasi dengan target pengguna secara langsung.

Riset itu Menantang, but Is It That Hard?

Sedikit tips nih untuk Yellow Fellow, kalian bisa mulai untuk menuliskan relatable project yang telah teman-teman lakukan selama kuliah misalnya membuat paper, hingga riset kecil-kecilan di dalam curriculum vitae (CV) kalian, “Don’t have it? Then challenge yourself!” ucap Kak Gita. Untuk menyukai suatu hal, memang dibutuhkan proses dan perjuangan, maka dari itu, belajar untuk memahami dan bukan menghakimi. Hal yang paling penting ialah ubah mindset kita, teruslah pikirkan alasan awal kita bisa berada di posisi yang kita inginkan.

Suka Duka Berada di Ranah Riset?

Menurut Kak Gita, biasanya project yang dilakukan sering berjalan dengan cepat (berlangsung sekitar tiga minggu untuk satu project), mulai dari tahap pembuatan bagan riset ingin seperti apa (research plan), pengeksekusian riset, penyusunan hasil riset, serta pemberian rekomendasi dari beberapa pihak. Kita juga perlu pintar-pintar memilih tempat kita bekerja, karena beda tempat maka beda pula kebijakan yang diberlakukan untuk seseorang yang magang dan bekerja di sana. Kak Gita bilang bahwa ia kadang merasa bosan akan repetisi riset setiap tiga minggu tersebut, tetapi setiap riset memiliki challenge-nya masing-masing dan itulah hal yang Kak Gita sukai, bertemu orang baru setiap minggunya dan responden yang bermacam-macam. Semua hal ini membuat Kak Gita merasa lebih menghargai waktu, terutama waktu target pengguna kita.

Selama Pandemi Covid-19, apa yang Terjadi?

Kak Gita bercerita bahwa Ia melakukan magang empat bulan pertamanya secara daring atau work from home, kemudian dua bulan terakhir secara luring atau work from office. Secara personal, Kak Gita lebih menyukai kerja secara daring sebagai Researcher, tetapi berkesempatan untuk bekerja di kantor juga menyenangkan karena bisa melakukan riset secara langsung di lapangan, balik lagi ke sifat personal kita, tetapi memang harus menjadi orang yang fleksibel dan siap kapan saja.

Dari Kak Gita untuk Yellow Fellow

Semangat terus dalam mengerjakan tugas-tugas kuliah dan kejar IPK setinggi mungkin! Di luar sana ada saja motivator atau orang-orang yang bilang kalau IPK itu tidak terlalu penting, mungkin untuk beberapa orang yang bekerja sebagai entrepreneur, IPK tidak terlalu memengaruhi, tetapi bagi kalian yang ingin bekerja sebagai corporate, IPK menjadi standar khusus untuk kalian bisa bekerja di corporate tertentu. Jangan sampai nanti baru menyesal setelah lulus, kuncinya adalah sebisa mungkin kita harus kasih yang terbaik di setiap tanggung jawab yang kita pegang. Selain itu, tanggung jawab bukan hanya soal pekerjaan yang harus selesai saja, melainkan juga berpengaruh ke relasi kita, di mana nama baik kita bakal tercoreng kalau kita menjadi seseorang yang tidak bertanggung jawab. 


Satu hal lagi yang tidak kalah penting adalah jangan lupa untuk work life balanced ya, Yellow Fellow!

Divisi Akademik dan Profesi Kabinet Raganara Hima Ilkom

Contacts

For any inquiries please hit us up through

himailkom@gmail.com