Dialog Dengan Muhammad Emirianza: Antara Latar Belakang, Proses, dan Harapan

Obrolan sekilas Yanuar Banu Herastanto (B) dengan Muhammad Emirianza (E)

B: Halo, Emir. Apa kabar? Lagi sibuk apa nih, Mir?

E:  Alhamdulillah baik, sekarang sih lagi sibuk magang di salah satu startup di Indonesia. Lalu juga masih ngurusin Komunitas Musik Fikom (KMF) yang memang sudah aku ikuti sejak tiga tahun lalu, mulai dari staf, tim manajemen, hingga sekarang sedang menjadi ketua. Aku juga masih ngerjain proyek podcast himpunan, yaitu I-Pod bareng Faisal, Disya, dkk. Dan yang terbaru aku sedang memulai usaha kecil-kecilan bareng beberapa teman. Ya sebenarnya untuk mengisi waktu luang selama masa Covid aja.  

B: Sebelumnya mungkin ada sebagian Yellow Folks yang belum kenal dengan Emir, bisa ceritakan sedikit tentang Emir itu apa dan siapa?

E: Untuk Emir itu apa ya, aku itu seorang manusia rantau yang berkelana di Jatinangor, dimana pada awalnya memang tujuan ke Jatinangor adalah untuk menempuh pendidikan. Namun ternyata Jatinangor, Ilkom, Fikom, dan segala pertemanan di dalamnya memberikan jauh lebih banyak dari itu. Ada pengalaman, kenangan, kesenangan, kesedihan, dan pelajaran yang bisa aku ambil di luar hal-hal akademis seputar perkuliahan. Sementara untuk Emir itu siapa ya, secara formal aku mahasiswa yang sedang menjalankan amanah di salah satu komunitas tertua di Fikom, lalu part time MC juga, ya mungkin orang yang mengikuti hobi aja sekaligus mencoba mengejar cita-citanya.

B: Boleh ceritakan bagaimana awal mula Emir bisa menjadi mahasiswa Ilmu Komunikasi Fikom Unpad?

E: Jujur aku itu tidak terlalu cemerlang secara akademis, terutama ketika SMA. Jadi selama tiga tahun aku memang lebih banyak menghabiskan waktu untuk bermain-main. Tetapi pada tahun terakhir, aku memasang target agar bisa berkuliah di kampus negeri karena ada beberapa manfaat lebih yang bisa aku dapatkan apabila kuliah di kampus negeri. Seperti meringankan beban finansial orang tua, karena praktis biasanya biaya kuliah di kampus negeri itu lebih murah dibandingkan kampus swasta.

Saat kelas 3, aku mulai mencari beragam informasi tentang cara masuk PTN, dan karena bidang yang aku suka memang ranah industri kreatif maka aku mencari jurusan yang dapat menunjang itu. Aku pun memilih jurusan ilmu komunikasi sebagai jalannya. Setelah mendapatkan berbagai macam bantuan, alhamdulillah akhirnya aku diterima di Ilmu Komunikasi Fikom Unpad jalur SBMPTN.

B: Sebagai mahasiswa, bagaimana perasaan Emir dulu di fase awal kuliah? Apakah Emir dulu memiliki ekspektasi / harapan tertentu yang ingin dicapai saat kuliah?

E: Sejak awal sih aku sudah meniatkan diri untuk jadi mahasiswa yang aktif, baik di dalam maupun di luar kampus. Orang tua pun setuju dan aku juga sampaikan bahwa jangan terlalu berekspektasi untuk aku punya IPK yang tinggi. Yang penting aku bertangung jawab untuk keperluan akademis kuliahku sendiri. Dari mindset ini kemudian aku mulai mendapatkan pengalaman-pengalaman untuk berjejaring, mengasah soft skill, dan ya alhamdulillah banyak dikasih jalan untuk terus berkembang.

B: Apakah sekarang ekspektasi itu sudah terpenuhi? Atau justru terpatahkan?

E: Sejauh ini sih aku enjoy jalanin kuliah, walaupun ada “polisi-polisi tidur” yang menjadi rintangan tapi aku sama sekali tidak menyesal dengan semua keputusan yang aku ambil selama kuliah. Memang banyak yang IPK-nya lebih tinggi dari aku, tapi secara sosial dan organisasi aku puas karena itu cukup untuk mengisi hal-hal yang aku harapkan saat kuliah.

B: Memang hal menarik apa yang telah Emir lalui di kampus sejauh ini? Apakah ada momentum penting yang telah Emir alami selama berkuliah di kampus Jatinangor ini?

E: Salah satu hal yang cukup mengubahku adalah pengalaman hidup dengan orang lain. Kebetulan di Jatinangor aku ngontrak bersama enam temanku, dan itu cukup mengubah mindset-ku soal hidup, sih. Tujuh kepala dengan latar belakang sosial yang berbeda, didikan orangtua yang berbeda, disatukan dalam satu rumah dan saling bertemu selama 24/7.

Pengalaman ini membuatku dapat melihat hidup dengan lebih luas. Di kampus pun aku juga punya momen-momen yang menarik. Kesempatan-kesempatan yang aku ambil cukup bisa membawaku ke “tempat-tempat” baru yang luar biasa. Seperti di KMF, di situ aku diberikan banyak kesempatan untuk berkembang, bertemu banyak orang hebat, mentor-mentor yang luar biasa, bahkan juga junior-junior yang semangatnya luar biasa. Iya itu sih, momen dimana aku dapat melihat kakak-kakakku yang berhasil dan merasakan semangat adik-adikku untuk berhasil, sebuah momen kecil yang bisa aku nikmati.

Kesempatan menjadi MC pun juga momen tersendiri selama di kampus. Mulai dari iseng, lalu diberikan kesempatan oleh teman-teman. Setelah dimaksimalkan dan dijalani dengan fun, ternyata lumayan hasilnya. Ada insentif dan apresiasi yang aku dapatkan. Ya kumpulan dari momen-momen kecil yang ternyata memberikan aku kesempatan-kesempatan menarik lainnya.

B: Apa pengaruh ilmu komunikasi dalam kegiatan-kegiatan Emir sejauh ini? Baik dalam konteks pekerjaan, pertemanan, maupun keorganisasian.

E: Semua hal yang aku lakukan terpengaruh ilmu komunikasi. Ada stigma yang bunyinya begini, “Ah pasti kuliah ilmu komunikasi gampang, cuma ngomong doang”. Aku sendiri tidak akan tersinggung dengan stigma itu dan hal-hal lainnya yang serupa, karena ya dengan ngomong doang kami bisa mengubah segalanya. Oke, aku memang mungkin belajar ngomong doang, tapi aku belajar selama empat tahun. Ketika kita belajar ngomong selama empat tahun, harusnya setiap kata-kata yang keluar dari ucapan kita itu mahal. Setiap kata-kata yang keluar adalah emas. “If we master talking, then we can master anything.” Kalau kita bisa menyampaikan hal-hal yang kita lakukan dengan baik, pasti kita akan diberikan kesempatan-kesempatan lain untuk menjadi lebih baik lagi.

Semua hal-hal besar di dunia ini pasti dijembatani atau bahkan dimulai dengan sebuah omongan, yang katanya sih anak komunikasi cuma belajar “ngomong doang”. Dalam pertemanan sendiri jelas sekali pengaruhnya, setiap kata yang mau dikeluarkan harus dipikirkan dulu apa efeknya kepada teman. Dalam organisasi, aku juga merasa ilmu komunikasi adalah andalanku, ya karena menurutku berorganisasi adalah berkomunikasi. Pekerjaan yang pernah aku lakukan pun juga dekat dengan komunikasi. Ya di hidup itu kita enggak boleh untuk berhenti belajar, dan cara paling baik untuk belajar adalah memahami komunikasi yang baik.

B: Khusus untuk konteks peran pembawa acara (MC), dimana Emir memang cukup sering melakukannya, bagaimana pengalaman pertama Emir menjadi MC? Kapan dan dalam acara yang seperti apa?

E: Aku memulainya dari acara jurusan sih, dari acara-acara internal banget yang pesertanya mungkin hanya sekitar 20-30 orang. Aku juga enggak tahu persis kenapa awalnya aku dimintain tolong untuk jadi MC. Memang pernah ada suatu momen di acara jurusan. Saat itu, teman-teman sedang beres-beres seperti benerin posisi kursi dan menyapu. Tapi di situ aku sudah capek banget, lalu merasa enggak usah ikutan beberes deh, udah banyak yang benerin kursi, nyapu-nyapu, dan segala macamnya. Aku malah mengambil mic bekas acara itu dan mencoba menghibur teman-teman yang lain, padahal ya sebenarnya karena aku malas beberes.

Di titik itu aku sadar akan dua hal, pertama aku memang suka ngomong di depan orang. Kedua, orang-orang mungkin merasa terhibur. Setelah itu, suatu waktu aku kemudian diminta untuk jadi MC di acara Ngupil (Ngumpul Ilkom). Mulai dari sana lalu muncul tawaran-tawaran MC lain dan aku mengambil semuanya karena aku ternyata enjoy menjalaninya. Ya mungkin dari saat itu hingga sekarang sudah berjalan selama dua setengah tahun, kurang lebih segitu. Terakhir aku menjadi MC di depan sekitar 13.000 orang di Playlist Love Festival Bandung. Iya itulah aku, MC yang berawal dari ngambil mic dan ngomong asal-asalan di depan anak-anak yang lagi beberes.

B: Apakah Emir memiliki gaya yang khas sebagai MC? Seberapa penting konsep personal branding bagi seorang MC?

E: Menurut aku lebih penting untuk being versatile dibandingkan personal branding. Mungkin kita memang punya spesialisasi atau kekhasan sebagai MC, tapi menurutku hal yang paling penting justru adalah harus adaptif. Aku sendiri punya grup MC bernama Trio Serangga. Banyaknya acara yang kami ambil adalah acara yang suasananya casual, santai, dan cukup banyak gimik komedinya. Di Serangga ini aku berperan sebagai MC yang menjaga agar acara tetap sesuai alur, sementara dua temanku berperan sebagai penghibur atau joker. Ya itu karena aku merasa mereka lebih lucu daripada aku. Tapi aku juga harus adaptif pada peran kedua temanku, harus dinamis dan tidak kaku.

Sebagai MC, bagiku memang menjadi adaptif lebih penting dibanding membangun personal branding. Berbeda dengan penyiar radio atau host suatu acara televisi yang setiap harinya didengarkan orang, menurutku personal branding menjadi penting bagi mereka karena orang-orang memiliki ekspektasi tertentu pada setiap kata yang mereka keluarkan. Untuk faseku sekarang yang masih awal, masih lebih penting menjadi adaptif dulu. Tapi untuk step up to the next level, maka nanti personal branding akan menjadi penting. Seth Godin, seorang marketer terkenal, pernah mengatakan kalau ada orang yang sedang melihat ribuan sapi berwarna hitam putih dan ada satu sapi yang berwarna ungu. Maka sapi ungu itu akan diingat orang itu seumur hidupnya. Dengan adaptif kita akan dapat menyesuaikan dengan segala macam acara. Tapi dengan personal branding yang kuat, maka acara akan menyesuaikan agar bisa dituntun oleh kita sebagai MC

B: Memangnya Emir ingin dikenal sebagai MC yang seperti apa?

E:  Aku ingin menjadi MC yang mengerti penontonku. Seiring waktu aku sadar bahwa melakukan riset itu sangat penting. Ya minimal aku harus bertanya kepada panitia atau klien terkait seperti apa acara mereka mau dibawakan. Apa pun yang mereka jelaskan, itu akan menggambarkan apa saja yang perlu aku siapkan. Semakin ke sini, aku semakin yakin kalau MC akan jauh lebih baik apabila disiapkan terlebih dahulu.

Sebagai contoh aku pernah memandu acara di Sumedang dengan penontonnya adalah anak-anak SMA. Di lain waktu aku pernah memandu acara di acara reuni 25 tahun SMA 8 Jakarta. Tentunya jokes yang aku bawakan pada dua acara tersebut sangat berbeda. Jokes yang aku berikan ke anak SMA akan berbeda dengan jokes yang aku kasih ke orang-orang yang anaknya lagi SMA. Jadi itu sih, aku ingin dikenal sebagai MC yang adaptif dan akhirnya dapat mengerti para penonton, membuat penonton bisa menerima omonganku.

B: Dari yang aku lihat sebagai temanmu di kampus, Emir cukup aktif mengonsumsi produk-produk budaya populer, seperti dengan membaca buku, mendengarkan musik, dan menonton film. Apakah kegiatan-kegiatan tersebut juga memiliki pengaruh terhadap cara Emir memandu acara?

E: Sangat menginspirasi sih, tapi aku lebih kepada yang sifatnya berupa tayangan / acara televisi. Untuk di luar negeri, aku suka banget nonton acara-acaranya Jimmy Kimmel, Jimmy Fallon, James Corden, Conan O’Brien, Steven Colbert, Kevin Hart, dan masih banyak yang lainnya. Aku suka sih bagaimana cara mereka ngobrol, memandu games, dan segala macamnya. Kalau di dalam negeri, aku suka acara Tonight Show karena mereka smart dalam mengelola jokes dan conversations pada acaranya. Aku juga suka sosok Pandji Pragiwaksono. Menurutku dia jenius, bagiku bagaikan paket lengkap dimana ia orang yang lucu namun di sisi lain sadar akan isu-isu politik dan sosial. Aku suka bagaimana dia berpikir akan suatu hal, ya cukup menginspirasi sih.

Produk-produk budaya populer lainnya juga berfungsi sebagai referensi. Nowadays, kita setidaknya dapat membuat penonton tersenyum dengan membawakan narasi atau jokes tentang sesuatu yang viral di atas panggung. Pada saat orang merasa hal viral itu lucu dan aku bawakan itu ke atas panggung, maka orang akan otomatis menempelkan stigma lucu pada hal viral itu kepada aku yang membawakannya. Tapi itu juga harus tepat penggunaannya, kalau sudah dirasa basi ya akan jadi membosankan bagi penonton. Tidak harus hal yang lucu juga sih, intinya kita akan lebih dihargai ketika penonton sadar bahwa kita dan mereka memiliki ketertarikan yang sama akan suatu hal. MC dan konsep public speaking akan bekerja dengan baik apabila speaker memiliki ikatan dengan audiens, dimana ikatan itu dapat dibangun dengan menggunakan referensi-referensi yang sama-sama disukai.

B: Apakah Emir memiliki role model / tokoh referensi dalam memainkan peran sebagai MC? Atau mungkin dalam hal public speaking, apakah ada sosok tertentu?

E: Ya kalau untuk figur role model sih aku ada Pandji Pragiwaksono, Vincent & Desta, lalu untuk penyiarnya aku juga suka Surya Insomnia. Justru aku tuh dapat inspirasi kebanyakan dari teman-teman seangkatan yang sama-sama kuliah di Ilkom Unpad. Aku suka memerhatikan cara mereka ngomong, banyak yang bisa aku adopsi dan dijadikan referensi. Tapi kalau harus memilih satu tokoh sih aku akan bilang Pandji Pragiwaksono, murni karena dia smart dan lucu. Ketika seseorang punya dua hal itu, maka dia akan sangat powerful.

B: Seberapa besar pengaruh lingkungan pertemanan dalam kegiatan public speaking yang Emir lakukan? Apakah lingkungan pertemanan turut membentuk gaya Emir berbicara di depan umum dengan signifikan?

E: Ya lumayan, karena aku memang juga punya grup MC dengan temanku. Dengan seringnya kita ngobrol sebagai teman (di luar kerjaan MC) itu kita jadi tahu kapan kita harus berhenti, kapan harus kasih dia kesempatan ngomong, kapan kita harus lead pembicaraan, dan lain-lain. Pengaruhnya mungkin lebih ke situ sih. Untuk public speaking secara umum pastinya berpengaruh terhadap level of confidence. Semakin kita sering komunikasi sama orang, baik itu dengan teman atau bukan, pastinya kepercayaan diri kita dalam public speaking juga akan meningkat.

B: Seberapa jauh Emir melihat potensi “Emir” sebagai MC? Apakah Emir memiliki target-target pencapaian tertentu sebagai MC yang ingin dikejar dalam beberapa waktu ke depan?

E: Sebenarnya dari awal ya aku hanya enjoy the process aja sih karena aku memang suka ngomong depan umum. Pastinya dengan semakin besar jumlah audiensnya, persiapannya juga akan semakin lama. Tapi pas aku masuk Unpad dulu, tidak pernah terbayangkan bahwa aku akan ngomong di depan ribuan orang. Itu tidak pernah terbayangkan sebelumnya, rasanya sangat menyenangkan.

Secara profesi, ini sebenarnya satu hal yang sangat bisa digeluti untuk siapa pun selama ada rasa percaya diri dan kemauan untuk belajar. Ya sudah banyak public speakers di luar sana yang memulai perjalanan karirnya ketika kuliah. Untuk saat ini aku pribadi sudah cukup senang apabila aku terus diberikan kesempatan walaupun mungkin untuk sekarang aku belum menentukan ini sebagai sebuah career path, sebagai hal yang akan aku tekuni hingga menjadi profesional. Tapi aku bisa jamin ketika kita serius di bidang ini, kita punya kesempatan yang sangat besar dan bisa dimulai dari kampus.

B: Jika harus memilih antara kebutuhan memuaskan ego, kebutuhan bersosial, dan kebutuhan mencari penghasilan, kegiatan MC ini cenderung Emir gunakan untuk memenuhi kebutuhan yang mana?

E: Semuanya bisa terpenuhi sih, baik kebutuhan mencari penghasilan, bersosial, dan memuaskan ego. Saat orang mengapresiasi kita di atas panggung itu rasanya sangat luar biasa sih. Lalu juga ketika kita memberikan pengaruh walaupun pengaruh tersebut hanya sekedar menyampaikan sebuah informasi. Sebagai contoh, misalnya kita bilang “Tahu enggak sih ginjal itu ada dua loh”, ketika kita sampaikan hal itu ke 1000 orang, bisa jadi ada 20 orang yang enggak tahu, atau bahkan mungkin hanya satu orang yang enggak tahu dan akhirnya menjadi tahu. Di momen itu kita akan mengubah persepsi orang itu selamanya. Bagiku pribadi kesempatan semacam itu sangat memenuhi ego sebagai manusia yang mau memberikan pengaruh terhadap orang lain.

Untuk penghasilan juga seiring berjalannya waktu akhirnya dapat kesempatan yang diberikan bayaran, bisa juga mendapatkan beragam manfaat yang lainnya. Bisa datang ke acara-acara yang seru aja itu sudah jadi privilege buat aku. Ya akhir-akhirnya juga mulai ada duitnya, setidaknya bisa untuk jajan-jajan. Tapi berdasarkan pengalamanku jika dari awal kita sudah money oriented, maka akan sulit buat kita. Karena yang membukakan pintu-pintu kesempatan besar itu adalah acara-acara yang kecil dulu biasanya. Tapi itu aku pribadi sih, mungkin yang lain akan beda ceritanya.

B: Lantas, audiens seperti apa yang paling membuat Emir nyaman dalam memainkan peran sebagai MC?

E:  Yang pasti audiens yang responsif dan pemahamannya kurang lebih serupa denganku. Tapi sebenarnya enggak ada patokannya juga sih. Jadi ya kalau kita sudah menempatkan diri sebagai profesional yang melayani klien, harusnya kita sih yang selalu menyesuaikan diri dengan audiens kita. Cuma ya semakin mereka responsif, maka level of confidence juga akan naik, dan akhirnya bikin kita makin nyaman di atas panggung.

B: Oke, kembali lagi kepada Emir sebagai mahasiswa, hal apa yang sedang Emir kejar / ingin tuntaskan dalam waktu dekat di kampus?

E: Aku pastinya ingin cepat-cepat lulus, ya walaupun rasanya susah untuk meninggalkan Jatinangor. Aku ingin cepat lulus karena aku percaya bakal banyak hal-hal menarik lainnya di luar sana setelah aku lulus. Aku juga ingin kegiatan-kegiatan komunitasku yaitu KMF dilancarkan, amin. Dan tentunya aku mau menikmati hari-hari terakhirku sebagai mahasiswa. Semoga bisa tercapai.

B: Prinsip apa yang Emir selalu pegang agar selalu dapat bertahan di fase kuliah ini? Mengingat cukup banyak hal-hal yang perlu Emir hadapi selain masalah-masalah terkait akademis.

E: Salah satu hal yang paling bagus itu aku ambil dari figur Kevin Hart, he’s a comedian. Aku suka komedian, ketika orang berekspektasi untuk tertawa tetapi mereka mengeluarkan sesuatu yang bijak, maka kata-kata mereka akan sangat melekat di orang-orang. Kevin Hart pernah bilang “you are the product of your environment”. Pemahaman bahwa kita adalah produk hasil dari lingkungan kita itulah yang aku pegang terus untuk hampir semua hal. Selain kita menjadi bijak dalam masuk ke sebuah lingkungan, pemahaman ini juga dapat membuat kita lebih mewajari orang-orang, karena kita enggak tahu bagaimana lingkungan-lingkungan yang membentuk mereka sebelumnya. Itu juga yang aku lihat selama kuliah, bahwa ini semua adalah lingkungan yang bakal bikin aku berkembang. Selama membuatku berkembang, ya bakal aku ikutin terus.

B: Okay thx Emir, any last word?

E:  Kuliah buatku kayak masuk ke ruangan dengan seribu pintu. Jadi kalau ada yang mengetuk salah satu pintu, enggak ada salahnya untuk membukakan kuncinya dan lihat ada apa di balik pintu itu.