Brand Strategist: How Branding Shape Your Goal

Hello Yellow Fellow!

Kalian pernah penasaran gak sih gimana caranya sebuah brand bisa diingat dan dikenal dengan mudah oleh masyarakat luas? Atau kalian ternyata sering banget punya ide-ide yang out of the box dan memiliki ketertarikan dalam membangun identitas serta karakter untuk sebuah brand? Wah, bisa jadi kalian cocok nih dengan salah satu pekerjaan dari profil lulusan Ilmu Komunikasi yaitu Brand Strategist! Mau tau gak sih kira-kira hal apa aja yang dikerjakan sama seorang Brand Strategist? Kalo mau tau, yuk langsung aja simak penjelasan dari Kak Arif Hakim seorang Brand Strategist dari POT Branding House di bawah ini!

Agency VS Konsultan

Membedakan perusahaan agency dan konsultan dapat dilakukan dengan cara melihat dari segi fungsinya. Kak Arif menjelaskan bahwa dalam dunia marketing, hal tersebut dibagi menjadi tiga sesuai dengan tahapannya yaitu: studio, agency, dan konsultan. Studio memiliki beberapa cakupan, diantaranya yaitu studio desain, studio copywriting, dan production house. Studio biasanya bertugas untuk memproduksi konten atau materi berupa foto maupun video yang diberikan oleh pihak agency

Sedangkan agency sendiri tugasnya adalah menjadi representasi dari sebuah brand dan bertanggung jawab untuk mengimplementasikan proyek yang ingin dilakukan oleh brand tersebut. Jasa yang ditawarkan agency sangat beragam, salah satu jasanya adalah Social Media Management yang bertugas untuk mengatur media sosial sebuah brand dan menyusun editorial plan-nya. Editorial plan ini berguna untuk menentukan konten seperti apa yang ingin disampaikan, kapan konten tersebut akan didistribusikan, hingga kemana konten tersebut akan didistribusikan. 

Terakhir, konsultan bertugas untuk mencari akar permasalahan pada suatu brand dan berusaha untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. Dalam proses penyelesaian permasalahan tersebut, konsultan akan berdiskusi dengan klien untuk melakukan matchmaking agar langkah-langkah yang dilakukan sesuai dengan direction dari kliennya. Pada dasarnya, studio, agency, dan konsultan merupakan siklus yang bertahap. Namun, konsultan biasanya memiliki fungsi agency dan agency biasanya memiliki fungsi studio. 

Jenis-Jenis Perusahaan Agency

Jasa yang ditawarkan oleh setiap agency pun sangat beragam, diantaranya adalah advertising agency, digital agency, marketing agency, entertainment agency, PR agency, branding agency, dan creative agency.  Branding Consultant Agency sendiri merupakan sebuah perusahaan yang memiliki fokus kepada proses pembentukan sebuah brand. Hal-hal yang dikerjakan oleh branding consultant agency adalah menentukan tone of voice yang ingin digunakan, identitas diri sebuah brand, dan apa yang ingin disampaikan kepada calon pelanggannya. Proses ini mencakup pre-produksi, masa produksi, dan juga pasca produksi. 

Ruang Lingkup Branding Consultant Agency

Untuk mengetahui ruang lingkup dari Brand Consultant Agency, Kak Arif mengatakan bisa dipahami melalui kisah awal mula berdirinya POT. Awalnya, POT adalah branding studio yang di mana klien datang untuk meminta visual identity yang mungkin sekarang dikenal dengan logo, visual system, dan lain-lain. Kemudian, POT mulai melakukan ekspansi servicenya ke agency untuk mengeksekusi sebuah campaign sekaligus mengurus proses produksinya. Hal tersebut yang akhirnya membuat POT mulai berencana untuk menjadi sebuah konsultan dan melakukan klaim sebagai Branding Consultant di tahun 2018. Oleh sebab itu, untuk berbicara mengenai branding setelah menjadi konsultan tidak hanya membahas mengenai visual identity-nya saja tetapi juga mengarah pada pembahasan mengenai identitas brand dan klien dari tataran yang konseptual sampai yang berbentuk. Ketika konsep yang dibentuk sudah tidak relevan lagi maka akan berlanjut ke tahap selanjutnya yaitu, re-branding. Dari re-branding, kemudian akan memasuki tahap brainstorming untuk menghasilkan identitas konsep yang baru. Setelah berhasil menemukan konsep yang baru maka akan ada pemecahan kerja yaitu, divisi desain yang akan membuat visual identity dan divisi brand strategist yang akan membuat strategi komunikasi dan positioning yang tepat. Dengan demikian dapat dilihat bahwa ruang lingkup dari Branding Consultant Agency memiliki spektrum yang sangat luas, karena kita sudah berbicara mengenai brand yang di dalamnya terdapat brand value, visual, dan komunikasi.

Branding Process: Long Term or Short Term?

Kak Arif menjelaskan bahwa cepat atau lambatnya sebuah proses branding itu tidak menentu. Namun biasanya jangka waktu ini berada di-range tiga sampai enam bulan, tergantung dari seberapa lama bisa mendapatkan identitas konsep dan visual identity-nya. Proses ini yang biasanya memiliki jangka waktu yang berbeda-beda dalam menangani setiap brand. Namun, POT biasanya tidak akan mengambil jangka yang terlalu pendek seperti satu bulan. Walaupun semakin lama prosesnya tentu saja dapat menghasilkan materi yang semakin matang, tetapi branding agency juga harus bisa mempertimbangkan kebutuhan-kebutuhan operasional bisnis dari klien yang tidak bisa diganggu gugat. Sehingga jangka waktu prosesnya akan menyesuaikan dengan kebutuhan klien.

What do We do As Brand Strategists?

Brand Strategist bertugas untuk mengikuti proses yang ada di proyek itu mulai dari awal hingga akhir. Tahapan awal yang dilakukan adalah memberikan arahan kepada seorang researcher untuk mencari data yang dibutuhkan. Selanjutnya seorang brand strategist dan researcher akan menganalisa dan mengolah data untuk mendapatkan insight baru. Setelah menganalisa dan mengolah data, brand strategist akan melakukan synthesizing. Synthesizing adalah proses melakukan sintesa informasi dari analisis riset yang dilakukan untuk membuatnya menjadi satu konsep yang utuh. Di POT sendiri, ada pendekatan yang mengusahakan bagaimana brand nantinya bisa berperilaku dan memiliki tubuh selayaknya manusia yang bernama Human Brand Model. 

Selain bertugas untuk menganalisa, mengolah, dan synthesizing informasi, Brand Strategist juga akan membuat narasi dari karakter yang dimiliki oleh suatu brand. Hal tersebut biasanya bersinggungan dengan business proposition-nya. Kemudian narasi tersebut nantinya akan diolah lagi oleh tim marketing communication. Tidak hanya membuat narasi, Brand Strategist juga memikirkan pesan apa yang ingin disampaikan dari suatu brand, bagaimana caranya, seperti apa bentuknya, bagaimana narasinya, tone serta manner apa yang cocok, sekaligus mengemas semua itu menjadi satu kesatuan yang disebut dengan identity concept. 

Setelah proses tersebut selesai, Designer akan melanjutkan tugasnya dengan membuat identity visual sedangkan Strategist yang akan membuat positioning strategy dan communication strategy. Positioning strategy bertugas untuk menempatkan posisi brand tersebut di suatu industri. Sedangkan, communication strategy bertugas untuk menyusun komunikasi yang ingin disampaikan oleh sebuah brand serta menentukan medium apa yang mau digunakan, kapan akan dirilis, untuk siapa, dan akan ditaruh di mana pesan tersebut. Namun, biasanya communication strategy memiliki turunan yang bernama campaign plan dikarenakan materi komunikasi yang ingin disampaikan banyak sehingga materi-materi tersebut harus dipecah-pecah. Dalam proses inilah campaign plan akan membuat rencana kampanye yang akan dilakukan untuk bisa menyampaikan materi komunikasi yang telah dipecah seperti membuat editorial plan.

Stigma Riset: Fun or Boring?

Menurut Kak Arif, membosankan atau tidaknya sebuah riset itu tergantung dari seberapa besar ketertarikan kita dengan materi risetnya. Sebagai anak komunikasi tentunya kita sudah mengetahui hal dasar bahwa dalam komunikasi ada seorang komunikator, komunikan, dan pesan yang ingin disampaikan. Apalagi, Brand Strategist bertugas untuk membantu klien dari berbagai macam industri untuk menyampaikan pesan yang ingin dibawa kepada audiensnya. Oleh sebab itu, Brand Strategist berusaha membuat plan komunikasi yang tepat sasaran sesuai dengan target audiensnya. Disinilah proses riset menjadi sangat penting. Riset yang dilakukan oleh seorang Brand Strategist adalah riset industry insight, audience insight, cultural insight, tren yang ada, dan berbagai macam insight lainnya. Sehingga Kak Arif menambahkan, “dibilang riset itu bosan, harusnya juga nggak sih.” Hal ini dikarenakan, riset membantu kita untuk menemukan hal-hal baru yang pastinya tidak akan membosankan, setuju gak Yellow Fellow?

Pentingnya Posisi Brand Strategist di Perusahaan

Kak Arif mengatakan bahwa posisi Brand Strategist itu dapat dikatakan penting dan tidak penting. Strategic role bisa dibilang penting bukan hanya untuk suatu brand saja atau dalam konteks branding tetapi semua divisi membutuhkannya seperti finance, marketing, dan lain sebagainya. Strategic role bertugas untuk memberikan saran atau sugesti kepada klien mengenai jalan yang efektif untuk ditempuh sehingga goals yang ditargetkan dapat tercapai. Sedangkan, untuk alasan strategist itu tidak penting karena ada posisi lain yang sebenarnya bisa menggantikan apa yang strategist lakukan. 

Alur Koordinasi Brand Strategist

Dalam suatu proyek, Brand Strategist akan berhubungan dengan beberapa posisi. Pertama, adalah researcher yang akan terlibat pada awal-awal proyek. Semakin banyak insight yang bisa kita berikan berdasarkan hasil riset, semakin beragam pula strategi komunikasi yang bisa kita berikan pada klien. Kedua, Brand Strategist juga akan berkoordinasi dengan Copywriter. Mereka memiliki kemampuan story development yang kuat sehingga mereka paham satu narasi dapat dipecah menjadi apa saja. Ketiga, Brand Strategist juga akan berhubungan dengan tim Marketing. Misalnya, klien sedang mengadakan promosi. Nah, tim Marketing akan berpikir bagaimana cara menyampaikan promosi yang bagus dan disitulah peran seorang Brand Strategist dibutuhkan. Keempat, pastinya Brand Strategist juga akan berkoordinasi dengan Designer atau Art Director. Seorang Brand Strategist akan memberikan gambaran kebutuhan klien dan kemudian pihak Art Director yang akan menentukan produk desain visualnya seperti apa. Kelima, jika klien membutuhkan campaign planner maka Brand Strategist akan berkomunikasi dengan Producer.

Proses Brainstorming

Dalam proses brainstorming, Kak Arif menjelaskan bahwa biasanya seorang Brand Strategist akan melakukan diagnosa awal ketika berdiskusi dengan klien. Salah satunya adalah dengan mencari tahu informasi sepintas tentang industri brand tersebut dan opsi apa yang sekiranya dapat diambil. Kemudian, mencari tahu kompetitor klien seperti apa dan bagaimana caranya klien dapat terlihat berbeda. Setelah itu, seorang Brand Strategist baru bisa menentukan karakter dari sebuah brand akan seperti apa. Pada intinya, seorang Brand Strategist harus bisa membuat visual yang unik namun strategi komunikasinya tetap efektif.

Skills yang Harus Dimiliki oleh Brand Strategist

Ada empat kemampuan yang menjadi fondasi penting bagi seorang Brand Strategist. Pertama, analytical thinking. Kita harus bisa menganalisis suatu masalah dan memecahnya menjadi informasi yang lebih sederhana. Cara melatihnya bisa dengan cara sering melakukan observasi. Misal ketika kamu sedang berada di sebuah coffee shop, kamu bisa sambil mengobservasi perilaku orang-orang disekitar. Semakin sering melakukan observasi, maka kita lebih mudah menemukan pola perilaku orang-orang.

Kedua, critical thinking. Tidak semua informasi yang kita dapat harus digunakan. Pada akhirnya, kita butuh berpikir dengan kritis dan memilih informasi yang tepat sebagai landasan konsep kita. Cara melatih skill ini adalah dengan selalu mempertanyakan ulang keputusan yang akan kamu pilih. Apakah sudah benar? Apakah sudah efektif? Dan lain-lain.

Ketiga, conceptual thinking. Kita harus mampu menarasikan ide-ide yang liar menjadi sebuah konsep yang utuh. Hal yang dapat dilakukan untuk melatih skill ini adalah dengan cara melamun sambil berpikir. Contohnya dengan berpikir bahwa ketika kamu ingin membuat suatu brand, langkah awal yang harus dilakukan adalah membuat konsep dari brand itu sendiri. Hal-hal yang dilakukan dimulai dengan membuat nama brand, produk, sampai ke hal apa yang ingin disampaikan oleh brand tersebut. Selain membuat konsep dari nol, kamu juga bisa coba dengan memodifikasi konsep suatu brand yang sudah ada dengan konsep baru yang memiliki perbedaan. Setelah memikirkan konsep, setiap poin tersebut perlu untuk dirinci kembali agar bisa menghasilkan sebuah konsep yang matang. Pada intinya proses conceptual thinking ini mengajarkan kita untuk jangan terpaku dengan hal apa yang ingin dibuat tetapi bagaimana cara untuk merealisasikan ide tersebut.

Keempat, systematic thinking. Seorang Strategist tentunya harus bisa berpikir secara terstruktur, rapih, dan jelas. Cara yang bisa dilakukan untuk melatih skill ini adalah dengan mencoba merangkum sebuah buku. Setelah membaca buku kita dapat merumuskan beberapa pertanyaan seperti, informasi apa yang bisa didapatkan dari buku tersebut? Informasi apa yang bisa diaplikasikan dalam kehidupan nyata? Informasi apa yang tidak terlalu penting? Cara berpikir seperti itu sangat membantu ketika kita sedang mencari referensi untuk konsep yang sedang akan atau sedang dikerjakan.

Kelima, common sense. Seorang strategist harus memiliki common sense ketika melihat dan mengkaji suatu brand. Skill ini bisa dilatih dengan mencoba mempertanyakan semua hal dan membuka mata pada fenomena yang terjadi di sekitar kamu. Keenam, information architecture. Kita harus mampu mengkategorisasi informasi-informasi yang kita dapatkan. Ketujuh, creative thinking. Kreatif di sini bukan berbicara mengenai kemampuan visual atau menggambar, tetapi merujuk pada cara berpikir bagaimana mengemas suatu ide biasa menjadi menarik. 

Kedelapan adalah skill menulis. Pastinya setelah membuat konsep dengan matang, kita harus bisa menuliskannya menjadi suatu narasi komunikasi. Memang kebanyakan skill yang harus dimiliki oleh Brand Strategist adalah soft skill sehingga kalian bisa memulainya dari sana kemudian melatih hard skill-nya yaitu menulis.

Suka Duka Menjadi Brand Strategist

“Menjadi Brand Strategist itu membantu saya mengetahui banyak hal. Kalau dukanya, pastinya dengan segala pekerjaan yang kompleks dan banyak itu rasanya capek. Apalagi kalau dalam satu waktu harus menangani lebih dari satu proyek dengan industri yang berbeda jauh. Walaupun begitu, seru sih menjalaninya. Capek dan seru.” ujar Kak Arif ketika menceritakan pengalaman suka dan dukanya selama menjadi seorang Brand Strategist. Ia juga menambahkan bahwa dengan menjadi seorang Brand Strategist, Ia bisa berkomunikasi dengan banyak orang dan mengambil berbagai informasi yang bermanfaat.

Pesan untuk Yellow Fellow dari Kak Arif

Bagi kalian yang ingin berkarir di bidang komunikasi, kalian harus membuka mata bahwa ilmu komunikasi adalah ilmu yang menjembatani. Jadi, kalian harus memiliki ilmu yang luas sehingga hal-hal yang kalian “jembatanin” itu juga banyak. Sebagai seorang strategist, kalian juga harus memiliki pengetahuan di bidang bisnis. Setidaknya kalian harus paham proses bisnis itu seperti apa dan hal-hal apa yang penting di dunia bisnis. Kemudian, kalian juga harus kaya dengan kosa kata karena itu akan menjadi amunisi kalian dalam membentuk suatu narasi.

Divisi Akademik dan Profesi Kabinet Nirgahana Hima Ilkom

Contacts

For any inquiries please hit us up through

himailkom@gmail.com